My Little World...I Love It

Selasa, 23 Agustus 2011

MAKNA KEGAGALAN

Pernahkah anda gagal?
Bersyukurlah!
Why?
            Yah, bersyukurlah jika anda pernah gagal. Pertama kali memang sangat menyakitkan jika kegagalan itu anda alami. Apalagi kegagalan yang beruntun menimpa anda. Anda seakan jatuh dan tertimpa tangga pula.
            Tapi dari kegagalan-kegagalan itu anda menjadi punya waktu. Waktu yang lebih untuk berpikir, merenung dan instropeksi diri. Mengapa anda sampai gagal? Apa yang menyebabkan anda gagal? Usaha yang dipikirkan secara matang, mengapa masih juga gagal? Atau mungkin hidup perkawinan anda yang gagal? Atau gagal mendidik anak? Atau banyak hal lainnya?
             Kita misalkan : Anda gagal dalam usaha. Coba instropeksi. Bidang usaha yang anda geluti, apakah sudah sesuai dengan keinginan anda atau keahlian anda? Mungkin anda sama sekali tidak cocok di bidang itu atau mungkin anda berjalan sendirian tanpa bimbingan Tuhan. Itu bisa juga terjadi.
            Setelah instropeksi anda bisa menggali, apa yang sebenarnya yang anda inginkan atau anda sukai. Anda mohon pertolongan Tuhan. Anda pasti akan menemukan sesuatu yang bisa anda lakukan. Selalu ada jalan bagi orang yang percaya kepada Nya.
            Jadi apabila anda gagal hari ini, masih ada peluang untuk hari esok.
            Percayalah!!!

Selasa, 16 Agustus 2011

SI MISTERIUS

Olive dag dig dug lagi. Hp nya berbunyi. Disambarnya dengan cepat. Si misterius lagi.
           Ulangannya bisa?
           Hanya kata itu yang dibacanya. Olive melemparnya dengan kesal. Selalu, selalu setiap pulang sekolah, hp nya berbunyi dan berisi pertanyaan-pertanyaan yang biasa. Tetap orang yang sama, yang Olive tak tahu siapa dia. Tapi isi sms bukan kata-kata yang buruk, bukan pula sms iseng. Jelas orang ini mengenalnya, tapi siapa? Batin Olive sibuk mereka-reka. Kenapa sih orang ini tidak to the point saja? Merepotkan aja, gerutunya.
           Setelah berganti baju, Olive memegang hp nya. Gadis itu menimbang-nimbang. Apa aku tanya langsung aja yach! Diputuskannya untuk membalas sms si misterius.
           Km siapa? Dipijatnya tombol-tombol hp dengan cepat. Tak berapa lama sudah ada balasan.
           Teman.
           Ya tahu, bego, omel Olive. Dipencetnya lagi dengan cepat. Jari-jari tangannya memang sudah terbiasa di tombol-tombol hp.
            Ya, siapa?Mang kita dah knl?
            Balasan sms juga tak kalah cepat.
            Dah.
            Sapa sh?
           Pnggl aku apa aja dh.
           Ok, apa aja, y cowk to cewk?
           Ada senyum simpul seseorang saat membaca sms tsb. Agak lama kemudian, sms Olive berbunyi lagi.
           Cwk.
           Ug, Olive gondok setengah mati. Cwk itu cowok atau cewek? Batinnya merutuk.
           Apa aja, km kok gt sh?
           Sori, aku cowok, km panggil aku Dad aja, jgn apa aja, g enak tuh.
           Hbs km g ngaku jg. Olive akhirnya tahu juga nama tuh cowok. Tapi siapa ya di kelas yang dipanggil Dad? Olive sibuk menyebut-nyebut nama temannya. Yang ada Dad….duh kayaknya kok nggak ada ya.
           Masak Mirdad? Jamal Mirdad, Olive tersenyum-senyum sendiri. Lelah mencari nama dad, gadis itu tertidur sambil memegang hp. Ada satu sms lagi masuk, namun ia keburu terlelap. Menjelang sore Olive terbangun.
           Jgn lp bljr fis. Uh, dilihatnya sms itu dengan mata masih ngantuk. Astaga! Besok ulangan Fisika. Untung si….eh siapa tadi, Olive mengingat-ingat, oh ya Dad mengingatkan.
           Akhirnya sampai malam Olive berkutat dengan bukunya. Rumus-rumus membingungkan yang harus dihafal di luar kepala, belum lagi soal-soal yang sulitnya aujubilah. Olive menghabiskan malam panjangnya dengan mata merem melek menahan kantuk karena keinginan untuk mendapat nilai bagus.
            Esok harinya. Badannya terasa lemas dan kepalanya pusing tujuh keliling. Ia sarapan seadanya. Sekerat roti dan secangkir susu hangat.
            Seulas senyum menyambutnya di pintu kelas, saat ia masuk dengan tergesa-gesa. Olive tak begitu memperhatikan hal itu. Gadis itu sibuk mencari tempat duduk. Matanya jelalatan mengarah ke arah bagian belakang kelas. Wah di belakang sudah terisi semua. Ia kalah cepat dengan kunyuk-kunyuk yang sudah menyewa bangku-bangku bagian belakang itu seumur hidup. Maksudnya seumur hidup mereka di kelas itu. Mereka nyengir kuda melihat Olive celingukan mencari tempat duduk. Beberapa anak menunjuk bangku baris depan.
            Olive menghembuskan nafas berat.
            Hanya ada di baris depan! dumelnya kesal. Dengan tak henti-hentinya mengutuk, gadis itu mengambil duduk di sisi Edward, satu-satunya kursi yang kosong. Eh tapi Edward murid terpandai di kelas, siapa tahu ia bisa mencontek, begitu harapannya.
            Namun harapan itu, hanya tinggal harapan. Ternyata Edward tidak memberinya kebebasan menyalin jawaban. Awas lu! Batin Olive meronta, menjerit, mendelik melihat soal yang baru satu ia kerjakan setelah berkutat setengah jam. Padahal masih ada dua soal lagi yang ada. Alhasil setengah jam berikutnya ia kebut. Kebut tanpa mengerem, walau ia sendiri tak pasti, apa benar jawaban yang ia tulis. Sekilas ia melihat kening Edward berkerut sambil melirik jawabannya. Wah ini pasti salah. Ia ngedumel panjang lebar di hati. Diamatinya lagi jawabannya. Duh ternyata rumusnya salah. Cepat-cepat ia merubah rumus, pantas dari tadi dihitung kagak ada jawabannya.
            Kurang lima menit. Olive menghapus peluh di keningnya. Wah, soal yang satu lagi belum selesai. Gadis itu panik, melihat kiri kanan, sebagian temannya juga masih berkutat dengan soal-soal yang sulitnya minta ampun. Duh, lebih baik Olive disuruh berlari mengelilingi lapangan seratus kali dari pada harus menjawab soal yang cuma tiga, tapi membuat jantungnya memompa lebih keras berjuta-juta kali.
            Bel berbunyi, membuat gadis itu tersentak kaget. Terdengar suara dengusan teman-temannya. Olive tetap mencoba menulis jawaban sebisa-bisanya di saat-saat terakhir. Dengan kecepatan penuh tentu saja, tanpa melihat ke kiri dan ke kanan.
            Edward menepuk punggungnya. Dengan enggan ia memberikan lembar jawabannya ke Edward, yang diteruskan ke depan. Suara-suara bising kemudian terdengar, masing-masing membahas soal-soal tadi. Olive terduduk lemas. Dari tiga soal, cuma satu yang dirasanya benar. Soal nomor dua fifty-fifty, antara benar dan tidak, nomor tiga salah. Wah, pasti merah nilainya. Ia merutuk di hati.  Sekilas matanya melirik Edward. Cowok pendiam berkaca mata minus tebal itu sibuk merapikan mejanya. Diamatinya Edward dari samping. Kaca mata setebal buku itu nangkring di hidungnya yang mancung. Seandainya Edward tidak berkaca mata, dia lumayan tampan. Cowok itu mempunyai mata teduh yang tersembunyi di balik kaca matanya. Garis rahangnya bagus, gaya potongan rambutnya juga up to date.
             Olive terkejut saat Edward berbalik menatapnya. Gadis itu pura-pura membetulkan rambutnya dengan jari jemari. Tanpa kata cowok itu berdiri dan keluar. Olive memandangnya sebal. Cowok itu dingin dan cuek, membuat harga dirinya terinjak-injak. Tidak pernah memandang sebelah matapun padanya, padahal ia kan termasuk cewek cantik di sekolah? Huh, Olive mendengus sebal.
             Kegeramannya menyeruak lagi, begitu memasuki kantin. Cowok bernama Edward berkaca mata tebal itu nangkring di sana. Bibirnya yang monyong-monyong membuat Sandra terheran-heran.
             “Ada apa sih Ol, kok jutek amat.”
             Olive tak menjawab. Sandra mengangkat bahu dan memesan makanan.
             “Nih!” diberikannya pesanan Olive.
             Dengan kedua tangan penuh, satu memegang teh botol dan satunya memegang semangkok bakso, Olive mencari tempat duduk. Cuma ada satu tempat kosong, disamping si jutek Edward. Huh…dengan terpaksa Olive mendorong Sandra duduk di situ dan ia duduk disampingnya, sempit-sempitan tak apalah, batinnya sambil menggerutu.
            “Hai Ed..,” sapa Sandra melihat Edward. Tak urung membuat bibir Olive monyong lagi. Anehnya si Edward ini tersenyum ramah pada Sandra. Lho..lho.., Olive mengaduk-aduk baksonya dengan kesal, kuahnya sampai muncrat kemana-mana. Sandra menatapnya heran. Tapi gadis itu tak bertanya lebih lanjut.
             Tak berapa lama Edward pergi.
             “Lu kenapa sih Ol?” tanya Sandra kemudian.
             “Tuh si jutek itu, kesal aku sama dia.”
             “Memang ada apa dengan dia?”
            “Uh, ulangan tadi aku kan nggak bisa, eh malah ia nggak mau kasih contekan.” Olive menghabiskan bulatan bakso terakhir. Mulutnya monyong-monyong kepedasan.
             “Sudah tahu Edward begitu, kamu duduk di sampingnya,” gerutu Sandra.
            “Habis aku tadi telat sih.” Dalam hati Olive menyesali Sandra yang tidak mencarikan tempat duduk untuknya. Sandra mengetahui isi hati sahabatnya.
            “Sorry Ol, tadi aku lupa,” katanya menyesal.
****
            Ulangannya bisa?
Nah lo, belum habis kekesalan Olive di sekolah, lebih memuncak lagi ketika dilihatnya sms di hp nya. Dibantingnya hp nya di kasur. Olive masih waras untuk tidak membanting hp nya di lantai. Bisa-bisa nggak dapat uang jajan kalau hp nya sampai rusak. Gadis itu tiduran sambil memandang langit-langit kamar. Sejenak kemudian dilihatnya hp nya lagi, lalu dibukanya. Rasa penasaran hadir lagi, mungkin ini si Edward itu, batinnya ge er. Olive berpikir keras. Ia harus menemukan siapa pengirim sms ini.
            Duh aku sebel deh! Akhirnya dengan enggan dibalasnya sms Dad.
            Mang napa?
            Tuh Edward pelit amat
            Mang km pinj apa?Ga dikash?
            Huh,g diksh contk.
            Dad tersenyum
            Km g beljr?
            Bljr tp g bs
           Mau kuajari? Kena lu! Olive tersenyum simpul. Dicarinya kata yang tepat supaya ia bisa menemui Dad ini.
           Ya mau dong, tp crnya gmn, aq g th km. Lama Olive menunggu jawaban Dad. Pasti sibuk cari alasan, batinnya menggerutu. Sampai sore, Dad tak membalas smsnya, Olive mulai jengkel. Dijalankannya timer di hp pada jam tertentu. Kalau sampai timer berbunyi Dad tak menghubunginya, jangan harap ia mau membalas smsnya lagi. Olive memejamkan matanya. Mengheningkan cipta sejenak ,mencari inspirasi apa yang akan dilakukannya seandainya benar si Dad ini Edward?!
           Bunyi kring mengagetkan Olive. Astaga! Ia ketiduran. Dicarinya hpnya, wah terjatuh di kolong. Hah,..bukan dering hp, lantas apa, suaranya kok keras amat. Tak lama didengarnya pintu diketuk. Olive berdiri dengan enggan. Bi Supi mengangguk-angguk seperti ranting pepohonan, di balik pintu.
           “Ada apa sih Bii...?” tanyanya kesal. Orang lagi tidur juga.
           “Ada temannya di luar, Non.”
           “Siapa?”
           Nggak tahu Non, Edad ato apa gitu.
           Olive terkikik geli. Edan kali!
           “Suruh tunggu deh, Bi.” Olive menutup pintu. Digantinya baju tidurnya dengan kaos berlengan pendek dan celana bermuda. Ia mematut dirinya sebentar di cermin. Walau ia tak tahu siapa yang datang, ia kan harus tetap terlihat rapi. Lalu ia keluar. Di pintu ia terbengong sesaat. Edward! Nih si kutu buku ngapain ke sini?
           Ditatap sedemikian rupa oleh Olive, Edward salah tingkah.
           “Ngapain ke sini?” tanya Olive sejurus kemudian. 
           “Mmm mau main, jawab Edward kikuk.
           Olive bengong lagi. Kejadian siang tadi terlintas di kepalanya. Si pelit ini, yang tidak mengijinkannya barang sejenak melihat kertas ulangannya. Huh, sekarang bilang mau main, emang aku temanmu? Gerutunya.
          “Emang di sini taman kanak-kanak apa? Kalau mau main di taman sana, sepak bola sama anak-anak kecil, bukan di sini,” ujar Olive sewot.
          Edward melongo. Melihat wajah tak berdosa Edward, Olive agak menyesal juga setelah mengucapkan kata-kata kasar itu. Gadis itu duduk, terdiam, termangu, bingung, menyesal dan berbagai hal berkecamuk di benaknya. Edward juga tak kalah bengong, cowok itu terdiam beberapa lama.
         “Eh ka… kalau begitu aku pulang saja,” ujarnya kemudian. Olive memaki-maki dalam hati. Goblok lu Ol! Katanya mau diajari Fisika, kok “guru”nya lo bentak-bentak sih. Kesadarannya muncul tiba-tiba memenuhi kepalanya yang tadi sempat bleng.
          “Eh…jangan, katanya aku mau diajari fisika?”
          Edward terhenyak. “Kapan aku bilang?”
          Lho…lho..gantian Olive terhenyak. Jadi yang sms itu bukan dia? Lantas siapa?
          “Jadi bukan kamu yang sms?”
          “Sms apa?” wajah Edward terlihat tak berdosa. Pupus sudah! Olive menepuk jidatnya! Jadi bukan Edward! Olive merasa malu bukan kepalang. Jadi ia ke ge eran sendiri menganggap si Dad ini Edward? Lantas siapa sih dia? Pertanyaan itu sebentar saja terhapus dalam benak Olive. Bodoh amat, mau si Dad, mau si Edward, mau siapa kek, yang penting sekarang aku punya guru. He..he Olive tersenyum senang. Akhirnya si pelit ini mau juga mengajarinya.
         So, hasil remidi fisika baru dibagikan. Olive tersenyum-senang senang. Matanya berbinar memandang Edward di sampingnya. Diberikannya hasil ulangannya pada Edward yang tersenyum melihat nilai yang tertera. Tak sia-sia, gumamnya pelan. Diliriknya gadis di sampingnya dengan senyum dikulum.
           Dan Olive merasa surprise saat pulang siang itu, Dad menelponnya.
           "Hallo!"
           "Ulangannya bisa?"
           "Bisa dong!!! Olive!!" sahutnya bersemangat. 
           Di ujung sana seseorang tersenyum, dengan binar di matanya.
           “Edward...!” seruan Mama mengagetkannya. Ia menutup hpnya dan bergegas keluar kamar.
           Olive termangu!!??
           Jadi!!!
S E L E S A I




Rabu, 10 Agustus 2011

CURSE

Description :

Altar itu diselimuti kabut, putih dan Bella mulai tidak bisa melihat. Tangan Dave, lepas dari pegangan tangannya. Bella berseru-seru memanggil kekasihnya. Ia mencari Dave, namun pengantinnya tidak ada. Mata Bella berlinang, ia mulai putus asa. Apa gunanya aku di sini, jika engkau pergi? keluhnya perih.
             Bella…,” suara itu, memanggilnya.
             Bella mencari asal suara. Ia membuka matanya lebar-lebar, berusaha menembus kabut tebal yang menutupi sekitarnya. Sosok tegap itu ditemukannya, sedang memegangnya. Bella meraih lengan itu erat-erat dan berbisik.
           “Jangan pergi, aku takut sekali,” katanya lirih.

Bella terlahir sebagai seorang yang memiliki indra keenam. Ia bisa mengetahui keadaan orang lain dari sentuhan tangan. Ketika ia berkenalan dengan Dave, ia merasakan sesuatu yang ganjil dan aneh. Ada tiga wanita di sekitar Dave dan ketiganya tewas mengenaskan.

Di sisi lain, Dave percaya adanya kutukan yang melekat dalam dirinya. Dan itu ada hubungannya dengan neneknya yang sudah meninggal.  

Lalu, mengapa hanya Bella yang bisa menghapus kutukan itu?

Selasa, 09 Agustus 2011

About "My Little World"

Ini adalah sebuah "Dunia Kecil" yang aku ciptakan.
Berawal dari impian masa kanak-kanakku yang menyenangkan namun banyak yang tak dapat aku raih. Di sini aku bisa mengekspresikan segalanya, mimpiku, keinginanku, imajinasiku sebebas-bebasnya tanpa ada yang melarang. Aku bisa menjadi diriku sendiri, bisa menjadi alim, biasa-biasa saja atau bahkan liar sekalipun. Rasanya takkan habis imajinasi ini berlalu lalang dalam pikiranku.
Puisi, cerpen dan cerbung ada di majalah anak-anak dan remaja di masa lalu.

Sampai akhirnya aku jenuh dan menyadari kenyataan bahwa aku berada di dunia nyata dan bukan mimpi. Puluhan tahun aku 'mematikan' hasrat itu atau mungkin karena kesibukan juga, entahlah!

Ternyata "dunia kecilku' yang tersembunyi di dalam hatiku, mendesak-desak berontak, mencari jalan keluar. Kerinduan untuk menulis begitu menggebu-gebu. Dan aku tak tahan lagi. Kupuaskan hasrat itu, kutulis lembar demi lembar tiap hari. Hasrat itu menggebu di manapun aku berada. Kutumpahkan semua yang ingin kusampaikan. Dan aku menjadi "Pribadi" yang lebih berbahagia.

"My Little World" - I Love It